Monday 3 December 2018

COBIT


DEFINISI COBIT

Control Objectives for Information and Related Technology (COBIT) dapat didefinisikan sebagai alat pengendalian untuk informasi dan teknologi terkait dan merupakan standar terbuka untuk pengendalian terhadap teknologi informasi yang dikembangkan oleh Information System Audit and Control Association (ISACA) melalui lembaga yang dibentuknya yaitu Information and Technology Governance Institute (ITGI) pada tahun 1992.
Tujuan diluncurkan COBIT adalah untuk mengembangkan, melakukan riset dan mempublikasikan suatu standar teknologi informasi yang diterima umum dan selalu up to date untuk digunakan dalam kegiatan bisnis sehari- hari. Dengan bahasa lain, COBIT dapat pula dikatan sebagai sekumpulan dokumentasi best practices untuk IT governance yang dapat membantu auditor, manajemen dan pengguna (user) untuk menjembatani gap antara risiko bisnis, kebutuhan kontrol dan permasalahan- permasalahan teknis melalui pengendalian terhadap masing- masing dari 34 proses IT, meningkatkan tingkatan kemapanan proses dalam IT dan memenuhi ekspektasi bisnis dari IT.

PENGGUNA COBIT

Menurut ISACA, COBIT utamanya ditargetkan untuk kelompok berikut  :

1.   Manajer,
   Manajer sebagai pihak yang memegang tanggung jawab eksekutif dalam operasi perusahaan membutuhkan informasi untuk mengendalikan operasi di lingkup internal dan mengarahkan proses bisnis.  COBIT dapat membantu manajer bisnis dan manajer TI untuk menyeimbangkan risiko dan mengendalikan investasi di dalam lingkungan TI yang seringkali tidak dapat ditebak.


2.   User (Pengguna Akhir),

   COBIT menawarkan sebuah framework untuk memperoleh keyakinan pada keamanan dan pengendalian layanan TI yang disediakan baik oleh pihak internal maupun eksternal organisasi.


3.   Auditor,

   COBIT membantu auditor untuk memberikan struktur dan memperkuat opini mereka dan menyediakan saran untuk manajemen bagaimana cara meningkatkan pengendalian internal.


4.   Konsultan Bisnis dan TI,

     Konsultan bisnis dan TI dapat memberikan pengetahuan mengenai framework dan metode dalam TI kepada sebuah organisasi, sekaligus menyediakan saran kepada manajemen bisnis dan TI dalam meningkatkan tata kelola TI.


5.   Profesional Manajemen Layanan TI (IT Service Management Professionals),

COBIT membantu untuk meningkatkan manajemen layanan TI dengan menyediakan sebuah framework yang mencakup siklus hidup yang komplit dari sistem dan layanan TI.

SKALA MATURITY PADA COBIT

Maturity model adalah suatu metode untuk mengukur level pengembangan manajemen proses, yang berarti adalah mengukur sejauh mana kapabilitas manajemen tersebut. Seberapa bagusnya pengembangan atau kapabilitas manajemen tergantung pada tercapainya tujuan-tujuan COBIT yang . Sebagai contoh adalah ada beberapa proses dan sistem kritikal yang membutuhkan manajemen keamanan yang lebih ketat dibanding proses dan sistem lain yang tidak begitu kritikal. Di sisi lain, derajat dan kepuasan pengendalian yang dibutuhkan untuk diaplikasikan pada suatu proses adalah didorong pada selera resiko Enterprise dan kebutuhan kepatuhan yang diterapkan.

Tingkat kemampuan pengelolaan TI pada skala maturity dibagi menjadi 6 level :
  1. Level 0(Non-existent); perusahaan tidak mengetahui sama sekali proses teknologi informasi di perusahaannya 
  2. Level 1(Initial Level); pada level ini, organisasi pada umumnya tidak menyediakan lingkungan yang stabil untuk mengembangkan suatu produk baru. Ketika suatu organisasi kelihatannya mengalami kekurangan pengalaman manajemen, keuntungan dari mengintegrasikan pengembangan produk tidak dapat ditentukan dengan perencanaan yang tidak efektif, respon sistem. Proses pengembangan tidak dapat diprediksi dan tidak stabil, karena proses secara teratur berubah atau dimodifikasi selama pengerjaan berjalan beberapa form dari satu proyek ke proyek lain. Kinerja tergantung pada kemampuan individual atau term dan varies dengan keahlian yang dimilikinya. 
  3. Level 2(Repeatable Level); pada level ini, kebijakan untuk mengatur pengembangan suatu proyek dan prosedur dalam mengimplementasikan kebijakan tersebut ditetapkan. Tingkat efektif suatu proses manajemen dalam mengembangankan proyek adalah institutionalized, dengan memungkinkan organisasi untuk mengulangi pengalaman yang berhasil dalam mengembangkan proyek sebelumnya, walaupun terdapat proses tertentu yang tidak sama. Tingkat efektif suatu proses mempunyai karakteristik seperti; practiced, dokumentasi, enforced, trained, measured, dan dapat ditingkatkan. Product requirement dan dokumentasi perancangan selalu dijaga agar dapat mencegah perubahan yang tidak diinginkan. 
  4. Level 3(Defined Level); pada level ini, proses standar dalam pengembangan suatu produk baru didokumentasikan, proses ini didasari pada proses pengembangan produk yang telah diintegrasikan. Proses-proses ini digunakan untuk membantu manejer, ketua tim dan anggota tim pengembangan sehingga bekerja dengan lebih efektif. Suatu proses yang telah didefenisikan dengan baik mempunyai karakteristik; readiness criteria, inputs, standar dan prosedur dalam mengerjakan suatu proyek, mekanisme verifikasi, output dan kriteria selesainya suatu proyek. Aturan dan tanggung jawab yang didefinisikan jelas dan dimengerti. Karena proses perangkat lunak didefinisikan dengan jelas, maka manajemen mempunyai pengatahuan yang baik mengenai kemajuan proyek tersebut. Biaya, jadwal dan kebutuhan proyek dalam pengawasan dan kualitas produk yang diawasi. 
  5. Level 4(Managed Level); Pada level ini, organisasi membuat suatu matrik untuk suatu produk, proses dan pengukuran hasil. Proyek mempunyai kontrol terhadap produk dan proses untuk mengurangi variasi kinerja proses sehingga terdapat batasan yang dapat diterima. Resiko perpindahan teknologi produk, prores manufaktur, dan pasar harus diketahui dan diatur secara hati-hati. Proses pengembangan dapat ditentukan karena proses diukur dan dijalankan dengan limit yang dapat diukur.
  6. Level 5(Optimized Level); Pada level ini, seluruh organisasi difokuskan pada proses peningkatan secara terus-menerus. Teknologi informasi sudah digunakan terintegrasi untuk otomatisasi proses kerja dalam perusahaan, meningkatkan kualitas, efektifitas, serta kemampuan beradaptasi perusahaan. Tim pengembangan produk menganalisis kesalahan dan defects untuk menentukan penyebab kesalahannya. Proses pengembangan melakukan evaluasi untuk mencegah kesalahan yang telah diketahui dan defects agar tidak terjadi lagi. 

Referensi:
Sutabri, Tata. 2012. Konsep Sistem Informasi. Yogyakarta: CV Andi Offset.
https://kampuskeuangan.wordpress.com/2011/07/30/292/

http://cobitindo.blogspot.com/2012/01/skala-maturity-dari-framework-cobit.html



Modal auxiliary, Adverb and Adjective, Connector, Active and Passive Voice

Modal auxiliary Modal auxiliary adalah sekelompok kata bantu yang merupakan bagian dari auxiliary yang memberikan tambahan arti pada...