DEFINISI COBIT
Control Objectives
for Information and Related Technology (COBIT) dapat didefinisikan sebagai alat
pengendalian untuk informasi dan teknologi terkait dan merupakan standar
terbuka untuk pengendalian terhadap teknologi informasi yang dikembangkan oleh
Information System Audit and Control Association (ISACA) melalui lembaga yang
dibentuknya yaitu Information and Technology Governance Institute (ITGI) pada
tahun 1992.
Tujuan diluncurkan
COBIT adalah untuk mengembangkan, melakukan riset dan mempublikasikan suatu
standar teknologi informasi yang diterima umum dan selalu up to date untuk
digunakan dalam kegiatan bisnis sehari- hari. Dengan bahasa lain, COBIT dapat
pula dikatan sebagai sekumpulan dokumentasi best practices untuk IT governance
yang dapat membantu auditor, manajemen dan pengguna (user) untuk menjembatani
gap antara risiko bisnis, kebutuhan kontrol dan permasalahan- permasalahan
teknis melalui pengendalian terhadap masing- masing dari 34 proses IT,
meningkatkan tingkatan kemapanan proses dalam IT dan memenuhi ekspektasi bisnis
dari IT.
PENGGUNA COBIT
Menurut ISACA, COBIT
utamanya ditargetkan untuk kelompok berikut :
1. Manajer,
Manajer sebagai pihak yang memegang tanggung jawab eksekutif dalam operasi
perusahaan membutuhkan informasi untuk mengendalikan operasi di lingkup
internal dan mengarahkan proses bisnis. COBIT dapat membantu manajer
bisnis dan manajer TI untuk menyeimbangkan risiko dan mengendalikan investasi
di dalam lingkungan TI yang seringkali tidak dapat ditebak.
2. User (Pengguna
Akhir),
COBIT menawarkan sebuah framework untuk memperoleh keyakinan pada
keamanan dan pengendalian layanan TI yang disediakan baik oleh pihak internal
maupun eksternal organisasi.
3. Auditor,
COBIT membantu auditor untuk memberikan struktur dan memperkuat opini mereka
dan menyediakan saran untuk manajemen bagaimana cara meningkatkan pengendalian
internal.
4. Konsultan
Bisnis dan TI,
Konsultan bisnis dan TI dapat memberikan pengetahuan mengenai framework dan
metode dalam TI kepada sebuah organisasi, sekaligus menyediakan saran kepada
manajemen bisnis dan TI dalam meningkatkan tata kelola TI.
5.
Profesional Manajemen Layanan TI (IT Service Management Professionals),
COBIT membantu untuk meningkatkan manajemen layanan TI dengan menyediakan
sebuah framework yang mencakup siklus hidup yang komplit dari sistem
dan layanan TI.
SKALA MATURITY PADA COBIT
Maturity model adalah suatu metode untuk mengukur
level pengembangan manajemen proses, yang berarti adalah mengukur sejauh mana
kapabilitas manajemen tersebut. Seberapa bagusnya pengembangan atau kapabilitas
manajemen tergantung pada tercapainya tujuan-tujuan COBIT yang . Sebagai contoh
adalah ada beberapa proses dan sistem kritikal yang membutuhkan manajemen
keamanan yang lebih ketat dibanding proses dan sistem lain yang tidak begitu
kritikal. Di sisi lain, derajat dan kepuasan pengendalian yang dibutuhkan untuk
diaplikasikan pada suatu proses adalah didorong pada selera resiko Enterprise
dan kebutuhan kepatuhan yang diterapkan.
Tingkat
kemampuan pengelolaan TI pada skala maturity dibagi menjadi 6 level :
- Level 0(Non-existent); perusahaan tidak mengetahui sama sekali proses teknologi informasi di perusahaannya
- Level 1(Initial Level); pada level ini, organisasi pada umumnya tidak menyediakan lingkungan yang stabil untuk mengembangkan suatu produk baru. Ketika suatu organisasi kelihatannya mengalami kekurangan pengalaman manajemen, keuntungan dari mengintegrasikan pengembangan produk tidak dapat ditentukan dengan perencanaan yang tidak efektif, respon sistem. Proses pengembangan tidak dapat diprediksi dan tidak stabil, karena proses secara teratur berubah atau dimodifikasi selama pengerjaan berjalan beberapa form dari satu proyek ke proyek lain. Kinerja tergantung pada kemampuan individual atau term dan varies dengan keahlian yang dimilikinya.
- Level 2(Repeatable Level); pada level ini, kebijakan untuk mengatur pengembangan suatu proyek dan prosedur dalam mengimplementasikan kebijakan tersebut ditetapkan. Tingkat efektif suatu proses manajemen dalam mengembangankan proyek adalah institutionalized, dengan memungkinkan organisasi untuk mengulangi pengalaman yang berhasil dalam mengembangkan proyek sebelumnya, walaupun terdapat proses tertentu yang tidak sama. Tingkat efektif suatu proses mempunyai karakteristik seperti; practiced, dokumentasi, enforced, trained, measured, dan dapat ditingkatkan. Product requirement dan dokumentasi perancangan selalu dijaga agar dapat mencegah perubahan yang tidak diinginkan.
- Level 3(Defined Level); pada level ini, proses standar dalam pengembangan suatu produk baru didokumentasikan, proses ini didasari pada proses pengembangan produk yang telah diintegrasikan. Proses-proses ini digunakan untuk membantu manejer, ketua tim dan anggota tim pengembangan sehingga bekerja dengan lebih efektif. Suatu proses yang telah didefenisikan dengan baik mempunyai karakteristik; readiness criteria, inputs, standar dan prosedur dalam mengerjakan suatu proyek, mekanisme verifikasi, output dan kriteria selesainya suatu proyek. Aturan dan tanggung jawab yang didefinisikan jelas dan dimengerti. Karena proses perangkat lunak didefinisikan dengan jelas, maka manajemen mempunyai pengatahuan yang baik mengenai kemajuan proyek tersebut. Biaya, jadwal dan kebutuhan proyek dalam pengawasan dan kualitas produk yang diawasi.
- Level 4(Managed Level); Pada level ini, organisasi membuat suatu matrik untuk suatu produk, proses dan pengukuran hasil. Proyek mempunyai kontrol terhadap produk dan proses untuk mengurangi variasi kinerja proses sehingga terdapat batasan yang dapat diterima. Resiko perpindahan teknologi produk, prores manufaktur, dan pasar harus diketahui dan diatur secara hati-hati. Proses pengembangan dapat ditentukan karena proses diukur dan dijalankan dengan limit yang dapat diukur.
- Level 5(Optimized Level); Pada level ini, seluruh organisasi difokuskan pada proses peningkatan secara terus-menerus. Teknologi informasi sudah digunakan terintegrasi untuk otomatisasi proses kerja dalam perusahaan, meningkatkan kualitas, efektifitas, serta kemampuan beradaptasi perusahaan. Tim pengembangan produk menganalisis kesalahan dan defects untuk menentukan penyebab kesalahannya. Proses pengembangan melakukan evaluasi untuk mencegah kesalahan yang telah diketahui dan defects agar tidak terjadi lagi.
Referensi:
Sutabri, Tata.
2012. Konsep Sistem Informasi. Yogyakarta: CV Andi Offset.
https://kampuskeuangan.wordpress.com/2011/07/30/292/
http://cobitindo.blogspot.com/2012/01/skala-maturity-dari-framework-cobit.html